Minggu, 30 Juni 2013

sistem pencernaan ternak ruminansiah

sistem pencernaan ternak ruminansiah Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia – Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka sekolah akan share mengenai sistem pencernaan hewan Ruminansia pemamah biak. Hewan pemamah biak atau ruminansia memiliki susunan gigi yang berbeda dengan manusia. gigi yang berkembang pada hewan pemamah biak adalah gigih geraham karena diperlukan untuk mencernakan makanan yang berserat. Gigi seri dierlukan untuk menjepit dan memotong makanan berupa rumput. Jenis makanan berupa rumput dan sejenisnya sukit untuk dicernakan sehingga sistem pencernaan hewan ruminansia lebih kompleks daripada manusia, baik strukturnya maupun caranya. sistem Pencernaan Hewan ruminansia Lambung ruminansia seperti domba, kerbau dan sapi terdiri atas rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam). Rumput yang ditelan masih kasar dan masuk ke dalam rumen dan retikulum untuk menjalani proses pencernaan secara mekanik oleh gerakan dindingnya yang tebal. Pencernaan tersebut terjadi secara kimia oleh bakteri fermentasi (respirasi anaerob) sehingga dihasilkan bubur makanan yang relatif masih kasar. Jika sudah merasa kenyang, pemasukan makanan dihentikan. Makanan yang berupa bubur kasar dari retikulum sedikit demi sedikit akan dikembalikan ke mulut dan mengalami pencernaan secara kimia oleh air ludah yang ber-PH netral. Di dalam mulut, selulosa alam akan diubah menjadi glukosa oleh enzim selulose. Selain itu , glukosa akan diubah menjadi asam lemak, CO2, dan CH4. Setelah dari mulut, makanan yang menjadi lebih halus akan masuk ke omasum dan mengalami pencernaan secara mekanik, kemudian akan diteruskan ke dalam abomasum. Abomasum serupa dengan lambung manusia. di dalam abomasum, makanan akan mengalami pencernaan secara mekanik oleh dinding abomasum dan pencernaan secara kimia oleh enzim-enzim yang dihasilkannya. Di dalam abomasum juga terjadi pencernaan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan hewan tersebut. makanan dari abomasum masuk ke dalam usus halus untuk dicernakan lebih lanjut. Pada ruminansia, terdapat enzim selulose yang berfungsi mencerna selulosa. Enzim ini tidak terdapat pada manusi. Adapun pada kuda, pencernaan selulosa terjadi hanya satu kali, yakni didalam usus buntu. Oleh karena itu, feses sapi dan kerbau lebih halus daripada feses kuda. secara singkat, alur mekanisme pencernaan hewan pemamah biak adalah sebagai berikut: Mulut => kerongkongan => rumen => retikulum => kerongkongan => orasum => abomasum => usus halus => usus besar => anus. Hewan Herbivor, seperti berang-berang atau beaver (aplodonatia sp), memiliki taring bawah dan taring atas yang besar yang digunakan untuk mengerat tumbuhan. Hewan ini tidak memiliki gigi seri, sedangkan badak tidak memiliki gigi taring dan gigi seri. Adapun hewan karnivor, seperti kucung, memiliki gigi taring, gigi seri dan geraham untuk menguyah makanan. Demikianlah Artikel Pustaka sekolah yang membahas mengenai sistem pencernaan pada hewan ruminansia atau pemamah biak, semoga artikel ini tentunya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua[ps] Read more: http://www.pustakasekolah.com/sistem-pencernaan-hewan-ruminansia.html#ixzz2XiyaDvXy

Defenisi dan Fungsi Sistem Sirkulasi darah

Defenisi dan Fungsi Sistem Sirkulasi darah Defenisi dan Fungsi Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi darah adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Sistem sirkulasi dibagi dalam dua bagian besar yaitu sistem kardiovaskular (peredaran darah) dan sistem limfatik. Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung, yang memompa dan mempertahankan aliran darah, arteri yang mengangkut darah pergi dari jantung, arteriol, pembuluh kecil yang menuju ke pembuluh yang lebih kecil lagi yaitu kapiler, venul, pembuluh halus yang menampung isi kapiler Fungsi sirkulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh, untuk mentranspor zat makanan ke jaringan tubuh, mentranspor produk-produk yang tidak berguna, menghantarkan hormon dari suatu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, dan secara umum untuk memelihara lingkungan yang sesuai di dalam seluruh jaringan tubuh agar sel bisa bertahan hidup dan berfungsi secara optimal. Kecepatan aliran darah yang melewati sebagian besar jaringan dikendalikan oleh respon dari kebutuhan jaringan terhadap zat makanan. Jantung dan sirkulasi selanjutnya dikendalikan untuk memenuhi curah jantung dan tekanan arteri yang sesuai agar aliran darah yang mengalir di jaringan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu, sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Karena sirkulasi sistemik menyuplai aliran darah ke seluruh jaringan tubuh kecuali paru, dapat juga disebut sirkulasi besar atau sirkulasi perifer. Bagian fungsional sirkulasi, fungsi arteri adalah untuk mentransport darah ke jaringan di bawah tekanan yang tinggi. arteriol merupakan cabang-cabang kecil yang terakhir dari sistem arteri dan berfungsi sebagai saluran kendali untuk menentukan darah yang akan di lepaskan ke kapiler. Aeteriol memiliki dinding otot yang kuat seingga dapat menutup arterio secara total, atau dengan berelaksasi dapat mendilatasi arteriol hingga beberapa kali lipat. Fungsi kapiler adalah untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon, dan bahan-bahan lainnya antara darah dan cairan interstisial. Untuk dapat melakukan peran ini, dinding kapiler bersifat sangat tipis dan memiliki banyak pori-pori kapiler yang sangat kecil, yang permeable terhadap air dan zat bermolekul lainnya. Venula mengumpulkan darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung menjadi vena yang semakin besar. Vena berfungsi sebagai saluran untuk mengangkut darah dari venula kembali ke jantung yang sama pentingnya juga, vena berperan sebagai penampung darah utama ekstra.

Sistem Respirasi Burung

Sistem Respirasi Burung Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal). Fungsi kantung udara : - membantu pernafasan terutama saat terbang - menyimpan cadangan udara (oksigen) - memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang - mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru - paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi. Pernapasan pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut. Burung mengisap udara lalu udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi - pundi hawa, udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru lalu udara menuju pundi - pundi hawa depan. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh. Pernafasan burung saat terbang : Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru.

Sel dan sistem organ pada ternak

Nama : rizal thudhonni Nim : c31120994 Fisiologi Ternak – Sel dan sistem organ pada ternak Sel adalah bangunan bermembran yang merupakan unit terkecil penyusun tubuh hewan (Isnaeni, 2006). Walaupun struktur sel terdiri atas beberapa bagian, namun Isnaeni berpendapat bahwa pengkajian sifat fisika dan kimia sel akan didekati dengan mengkaji sifat fisika dan kimia dari protoplasma. Hal tersebut dikarenakan protoplasma merupakan bagian terbesar dari sel berbentuk zat kental seperti jelly yang sebagian besar terdiri atas protein. Soeharsono dan Adriani (2010) menyebutkan bentuk dan ukuran sel berbeda-beda bergantung pada fungsi jaringan atau organ yang dibentuknya. Sebagai contoh, bentuk sel saraf umumnya panjang-panjang, sel tulang banyak mengandung bagian yang membentuk jaringan kuat, sel otot panjang-panjang dan longgar, sel jantung mempunyai sincitium, sel kelenjar bulat-bulat, dan sel darah terpisah-pisah. Jaringan dan organ melakukan fungsi fisiologi penting dalam kehidupan. Setiap organ berasosiasi dengan pembuluh darah agar suplay nutrisi dan hormon terpenuhi. Sedangkan jenis sistem dan organ pada ternak yang terbentuk oleh sel adalah : Sistem Reproduksi Sistem Urinari Sistem Sirkulatori Hematologi Sistem Respiratori Sistem Gastrointestinal Sistem Kerangka Sistem Otot Sistem Integument Sistem Saraf Sistem Endokrin Sistem Ekskresi Pada dasarnya struktur sel terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu membran sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersuspensi berbagai organel sel, yaitu: Mitokhondria Golgi Apparatus Secretory Vesicle Ribosomes Lysosomes Retikulum Endoplasma Inti Sel Sentriol Sistem urinari ternak terdiri dari organ urinari yaitu sistem yang bertanggungjawab terhadap berlangsungnya berbagai produk yang akan dibuang dan sangat penting untuk mempertahankan keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh ternak (Soeharsono, dkk, 2010). Dalam konteks tersebuut, Isnaeni (2006) menyebutkan bahwa yang dimaksud lingkungan internal adalah cairan tubuh. Sistem sirkulatori ternak atau sistem kardiovaskular terdiri dari organ sirkulatori atau organ kardiovaskular yaitu sistem yang pada hakekatnya mempelajari bagaimana darah didistribusikan dalam tubuh ternak (Soeharsono dan Mushawir, 2010). Menurut Isnaeni (2006), sistem sirkulasi secara garis memiliki tiga fungsi utama. Sistem respiratori ternak atau sistem respirasi atau sistem pernapasan terdiri dari organ respirasi yaitu sistem yang berfungsi untuk memproses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida sebagai rangkaian kegiatan kimia dan fisika dalam tubuh ternak dengan lingkungan sekitarnya. (Soeharsono, dkk, 2010) dan Isnaeni (2006). Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan untuk proses fosforilasi (metabolisme) oksidatif untuk merubah makanan menjadi energi. Dalam kaitan ini maka muncul istilah respirasi aerob dan respirasi anaerob. Sementara itu, karbondioksida merupakan produk akhir yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Dalam kaitan ini, maka sistem dan organ respirasi berarti erat hubungannya dengan sistem ekskresi. Menurut Soeharsono dan Mushawwir (2010), selain untuk pertukaran udara, sistem dan organ respiratori memiliki sejumlah fungsi lain. Selain itu, disebutkan pula bahwa respirasi ternyata menyangkut dua proses yang berbeda, yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Sehubungan dengan tatalaksana peternakan maka muncul istilah respiratory quotient (RQ) yang sangat berharga dalam pengembangan jenis pakan dan kebutuhan nutrisi ternak, yang, pada giliranya dapat mengukur laju relatif metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Sistem gastrointestinal ternak atau sistem pencernaan ternak terdiri dari organ pencernaan yaitu sistem yang berfungsi untuk melakukan suatu proses sedemikian rupa sehingga makanan dapat diserap dan digunakan oleh sel tubuh ternak secara kimia dan fisika (Soeharsono dan Hernawan, 2010). Pada prinsipnya pakan yang masuk ke dalam tubuh ternak akan diubah menjadi energi dalam upaya mempertahankan kondisi homeostatis. Namun energi yang terkandung di dalam pakan ternak tersebut tidak dapat langsung digunakan karena ukurannya yang masih kompleks. Untuk itulah diperlukan sistem pencernaan. Seperti diketahui pakan merupakan faktor produksi dengan biaya tertinggi dalam usaha peternakan. Berdasarkan organ pencernaannya, khususnya tipe lambung yang dimilikinya, maka ternak dibagi menjadi ternak monogastrik dan ternak ruminansia. Walaupun ternak unggas termasuk ke dalam ternak monogastrik, namun ternak unggas memiliki alat pencernaan yang berbeda dengan ternak monogastrik lainnya. Secara umum setiap ternak memiliki beberapa kesamaan, yaitu dalam hal proses mencerna, zat makanan yang dihasilkan, proses penyerapan, dan distribusi oleh darah ke seluruh sel dalam tubuh ternak. Sistem otot ternak terdiri dari berbagai macam otot yaitu sistem yang berfungsi sebagai alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan fostur tubuh ternak. (Soeharsono dan Mushawwir, 2010). Sistem otot sangat penting untuk bidang peternakan, karena pada dasarnya hasil produksi ternak yang menjadi komoditas ekonomi adalah otot atau lebih dikenal di pasar sebagai daging. Selain daging, hasil produksi ternak lainnya adalah telur dan susu, serta hasil sampingan lainnya seperti kulit, wol dan tulang. Sistem integument ternak terdiri dari organ kulit dan bentuk kulit lainnya pada ternak yaitu sistem yang berfungsi untuk : membantu regulasi suhu tubuh melalui radiasi, konveksi, evaporasi, dan konduksi. mengatur keluar masuk insulasi panas melalui vasokonstriksi dan vaso dilatasi. memproteksi ternak dari luka secara mekanis, bahan beracun, irradiasi melalui lapisan lemak, bulu, kuku, rambut dan lapisan kulit bertanduk. bertindak sebagai organ ekskretori dan sekretori melalui keringat dan seburm. bertindak sebagai organ sensori karena mengandung ujung syaraf dan organ akhir yang menerima rangsangan melalui perabaan, suhu dan rangsangan sakit. membentuk vitamin D untuk metabolisme kalsium dan fosfor. sebagai antibakteri dan antijamur. Sistem saraf ternak terdiri dari organ saraf yaitu sistem pada ternak yang berfungsi untuk menerima dan merespon rangsangan (Soeharsono, dkk, 2010). Menurut Isnaeni (2006), walaupun sistem saraf dan sistem endokrin memiliki perbedaan dalam hal cara kerja, namun kedua sistem tersebut seyogyanya merupakan sistem organ yang diperlukan untuk bersama-sama menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi secara serasi, sehingga dikenal pula sebagai sistem neurohormon atau sistem neuroendokrinal. Sistem endokrin ternak atau sistem hormonal atau sistem kelenjar buntu terdiri dari organ hormon adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur dan mengendalikan aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik dan regulasi ionik pada tubuh ternak, (Soeharsono, dkk, 2010, dan Isnaeni, 2006). Walaupun sistem endokrin dan sistem saraf secara bersama-sama lebih dikenal sebagai supra sistem neuroendokrin yang bekerja secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh ternak. Namun demikian, kedua sistem ini ternyata memiliki perbedaan cara kerja.

SISTEM PERNAFASAN UNGGAS

SISTEM PERNAFASAN UNGGAS nim :c31120994 nama : rizal tudhonni Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata. Ada dua jenis respirasi yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup yaitu respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Sedangkan respirasi eksternal adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan sisa hasil metabolisme sel yang berupa O2 ( Wiwi Isnaeni, 2006). Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice box), bronchi, bronchiale dan bermuara di alveoli. Oleh karena unggas memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, maka unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mammalia. Perbedaan utama adalah fungsi paru-paru. Pada mammalia, otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah (Sembiring, 2009). Terdapat lima fungsi utama dari sistem respirasi, yaitu: 1. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah. 2. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru. 3. Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen. 4. Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. 5. Memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di superior portion pada rongga hidung. Apabila dibandingkan dengan mammalia, paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran tubuhnya. Paru-paru tersebut mengambang dan berkontraksi hanya sedikit karena tidak terdapat diafragma sejati. Paru-paru maupun kantung udara berfungsi sebagai cooling mechanism (mekanisme pendinginan) bagi tubuh apabila panas tubuh dikeluarkan lewat pernapasan dalam bentuk uap air. Laju respirasi diatur oleh kandungan karbon dioksida dalam darah. Apabila kandungan karbon dioksida meningkat, maka laju pernapasan juga akan meningkat. Laju pernapasan bervariasi antara 15-25 siklus/menit pada ayam yang sedang istirahat . 2.1.1 Organ Sistem Respirasi Pada Ayam Burung bernafas menggunakan paru-paru dan dibantu dengan pudi-pundi udara/paru-paru tambahan. Fungsi pundi-pundi udara adalah : 1. Membantu penafasan 2. Menjaga suhu tubuh dan mencegah kehilangan panas tubuh 3. Membantu memperkeras suara dengan dengan memperbesar ruang siring 4. Meringankan tubuh pada saat terbang (Wiryadi, 2008). Ayam merupakan salah satu ternak yang termasuk dalam kelas aves. Adapun organ-organ yang berkaitan dalam sistem pernafasan paada aves, yaitu: 1. Nares Anteriores (lubang hidung), berjumlah sepasang terdapat pada pangkal rostrum bagian dorsal. 2. Nares Posteriores, lubang pada palatum, hanya 1 buah, terletak di tengah. 3. Glottis, terletak tepat di belakang pangkal lidah dan melanjutkan ke caudal, ke dalam larynx. Glottis ini berhubungan dengan rongga mulut melalui celah yang disebut rima Glottis 4. Larink, bagian yang disokong oleh cartilago cricoidea, dan cartilago arytenoidea yang berjumlah sepasang. 5. Trachea adalah lanjutan larynx ke arah caudal. Ini berupa suatu pipa mempunyai cincin-cincin tulang yang disebut annulus trechealis. 6. Bronchus adalah percabangan trachea ke kanan dan ke kiri, disebut Bronchus dexter dan sinister. Tempat percebangan branchiatadi disebut bifurcatio tracheae. Bronchi ini masih terbagi, ke dalam bronchi leteralis yang masing-masing akan terbagi lagiparabronchi. 7. Pulmo, terdapat pada ujung-ujung bronchi berjumlah sepasang, melekat pada dinding dorsal thorax. Pulmo ini dibungkus oleh selaput yang disebut pleura. Pulmo mempunyai hubungan dengan kantong-kantong hawa yang disebut saccus pneumaticus yang terdiri dari: a. Saccus abdominalis, terdapat diantara lipatan intestinum. b. Saccus trhoracalis anterior, terletak pada dinding sisi tubuh pada rongga dada sebelah muka. c. Saccus thoracolis posterior, terletak tepat di belakang saccus thoracolis anterior. d. Saccus interclavicularis, terletak di median, hanya satu buah dan berhubungan dengan kedua pulmo. e. Saccus cervicalis, terletak pada pangkal leher, berjumlah sepasang. f. Saccus axillaris, yaitu saccus yang dibentuk oleh penonjolan sisi-sisi dari saccus interreclavicularis yang terdapat pada daerah ketiak. 8. Syrinx, terdapat pada bifurcatio tracheae. Tersusun dari beberapa annulus trachealis yang paling caudal dan annulus bronchialisyang paling cranial. Alat ini membatasi suatu ruangan yang agak melebar yang disebut tympanum. Pada bagian trachea yang tercaudal terdapat suatu cartilago yang terletak melintang dan ventral ke dorsal, yang disebut pessulus. Pessulus ini menyokong suatu lipatan yang disebut membran seminularis. Adapun otot-otot yang terdapat di trachea dan syarinx, yaitu: 1. Musculus syringealis intrinsic, sepasang berorigo pada dinding trchea, dan berinsertio pada syrinx. 2. Musculus sterno trachealis, sepasang berorigo pada sternum dan berisertio pada trachea. Suara pada aves dihasilkan oleh getaran dari membrana seminularis. Getaran ini terjadi karena hasil kerja otot-otot di atas. Rongga hidung dilengkapi dengan silia (bulu getar) yang berperan menyaring partikel-partikel yang tercampur udara yang dihirup ayam, seperti debu maupun bibit penyakit (virus maupun bakteri). Sedangkan pada bagian trakea, bronkus dan bronkeolus dilengkapi dengan sel-sel epitel yang juga mempunyai bulu getar dan sel tak bersilia yang akan menghasilkan lendir yang mengandung enzim proteolitik dan surfaktan. Adanya enzim dan surfaktan (penurun tegangan permukaan) tersebut mampu menghancurkan beberapa mikroorganisme patogen. Silia hidung hanya mampu menahan partikel berukuran 3,7-7,0 mikron, sedangkan partikel yang lebih kecil lagi akan lolos dan bertahan di saluran pernapasan ayam. Perlu diketahui juga ukuran partikel yang berada di udara kebanyakan memiliki diameter 1-5 mikron, sedangkan ukuran virus atau bakteri lebih kecil lagi contohnya bakteri Mycoplasmaberukuran 0,25-0,5 mikron atau virus AI hanya berdiameter 0,08-0,12 mikron. Bisa dibayangkan jika silia mengalami kerusakan (misalnya oleh kadar amonia yang tinggi), maka bibit penyakit akan dengan mudah masuk ke saluran pernapasan dan pada akhirnya ayam akan mengalami gangguan pernapasan yang berujung pada terjadinya kasus penyakit. 2.1.2 Skema Respirasi Pada Ayam Dalam sistem respirasi burung tidak memiliki diafragma, melainkan, udara berpindah dan keluar dari sistem pernapasan melalui perubahan tekanan pada kantung udara. Otot yang berada di dada menyebabkan sternum yang akan mendorong ke luar. Hal ini mengakibatkan tekanan negatif di udara kantung, sehingga udara memasuki sistem pernapasan. 2.1.3 Siklus Respirasi Pada Ayam Siklus respirasi pada ayam berbeda dengan sistem respirasi pada ternak ruminansia. Karena ruminansia termasuk ternak mamalia, namun secara garis besar siklus respirasi pada ayam sama dengan siklus respirasi pada aves. Berikut adalah siklus-siklus respirasdi yang terdapat pada ayam: a. Selama inspirasi pertama, perjalanan udara melalui lubang hidung, ( juga disebut nares yang terletak di sambungan antara bagian atas paruh atas dan kepala). Seperti dalam mamalia, udara bergerak melalui lubang hidung ke rongga hidung. Dari rongga hidung udara melalui larink dan ke trakhea. Udara bergerak melalui trakhea ke syrink, yang terletak di titik sebelum trakhea membagi dua. Yang kemudian mengalir melalui syrink. Udara tidak pergi langsung ke paru-paru, tetapi perjalanan ke posterior (kantung udara ekor). Sejumlah kecil udara akan melewati melalui kantung udara ekor untuk paru-paru. b. Selama expirasi pertama, udara dipindahkan dari posterior menuju ke kantung udara melalui ventrobronchi dan dorsobronchi ke paru-paru. Bronkus akan membelah udara ke saluran kapiler dengan diameter yang lebih kecil. Darah kapiler mengalir melalui kapiler udara dan ini adalah tempat oksigen dan karbondioksida dipertukarkan. c. Ketika burung mengulangi inspirasi kedua kalinya, udara bergerak ke kantung-kantung udara tengkorak. d. Ekpirasi kedua udara bergerak keluar dari udara tengkorak kantung, melalui syrink ke trakhea, melalui laring, dan akhirnya melalui rongga hidung dan keluar dari lubang hidung (Foster dan Smith, 2007) 2.1.4 Macam-Macam Sistem Mekanisme Respirasi Pada Ayam Sistem mekanisme pernafasan pada ayam menjadi dua macam, yaitu: 1. Pernafasan pada waktu istirahat Pernapasan pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut. Burung mengisap udara lalu udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi – pundi hawa, udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru lalu udara menuju pundi – pundi hawa depan. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh. Pernafasan ini dilakukan ketika aves dalam kondisi istirahat. Pars ternalis costae dan pars vertibralis costae, keduanya dihubungkan oleh suatu persendiaan, sehingga dapat digerakkan. Adapun fase-fase yang terjadi ketika pernafasan istirahat, yaitu: a. Fase inspiratio, pada fase ini costae bergerak ke arah cranioventral, sehingga cavum thornealis membesar, pulmo mengembang sehingga udara masuk ke dalam pulmo. b. Fase expiratio, pada fase ini costae kembali ke kedudukan semula, cavum thornealis mengecil. Polmu mengempis, udara keluar dari pulmo. 2. Pernafasan pada waktu terbang Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Pada saat terbang, kantung udara berperan sangat penting. Inspirasi dan ekspirasi dilakukan bergantian oleh kantung udara di antara tulang coracoid (interclavicular sac) dan kantung udara di bawah tulang ketiak (subsapular sac). Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang coracoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru (inspirasi). Saat sayap terkepak turun, kantung udara di bawah ketiak terjepit sementara kantung udara di antara tulang coracoid mengembang, sehingga udara masuk ke kantung udara di antara coracoid (ekspirasi). Semakin tinggi burung terbang, maka semakin cepat kepakan sayapnya, karena kadar oksigen pada udara di lapisan atas semakin kecil atau menipis (Campbell,1999). Atau lebih mudahnya adalah sebagai berikut, pada waktu terbang saccus yamng berfungsi adalah saccus intercravicularis dan saccus axillaris. Apabila sayap diturunkan saccus axillaris akan terjepit, sehingga saccus intercravicularis longgar dan sebaliknya apabila sayap diangkat maka saccus axillaris akan membesar sedangkan saccus intercravicularismengecil, sehingga dapat terjadi pergantian udara dari luar ke dalam paru-paru. 2.1.5 Perbedaan Sistem Respirasi pada Unggas (Ayam) dengan Mamalia Paru-paru pada mamalia pertukaran oksigen denagn karbondioksida terjadi di kantung mikroskopis yang terdapat di paru-paru yang kemudian disebut dengan alveoli. Sedangkan pada paru-paru ayam, pertukaran gas terjadi di dinding mikroskopis tubulus, yang biasa disebut dengan kapiler udara. Sistem pernapasan ayam lebih efisien dibandingkan pada mamalia. mentransfer oksigen lebih dengan masing-masing pernafasan. Ini juga berarti bahwa racun dalam udara juga ditransfer lebih efisien. Ini adalah salah satu alasan mengapa asap dari teflon beracun untuk aves, tetapi tidak untuk mamalia pada konsentrasi yang sama. Ketika membandingkan ayam dan mamalia dengan berat yang sama, ayam memiliki tingkat pernafasan yang lebih lambat. Respirasi pada ayam memerlukan dua siklus pernafasan untuk memindahkan udara melalui sistem pernapasan keseluruhan. Dalam mamalia, hanya satu siklus pernapasan diperlukan.

Jumat, 28 Juni 2013

Persilangan Monohibrida dan Dihibrida

Persilangan Monohibrida dan Dihibrida MONOHYBRID: 1. The monohybrid cross Persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih. Bila tanaman kacang kapri berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang kapri berbunga putih, maka generasi anakan mereka adalah 100% tanaman berbunga ungu. Namun, bila tanaman berbunga ungu hasil persilangan itu dikawinkan sesamanya (perkawinan inbreeding), keturunannya menunjukkan 75 % tanaman berbunga ungu dan 25 % tanaman berbunga putih. 2. Mendel’s first law Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Dia menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama — Hukum Pemisahan. Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk “jenis murni” dengan ciri dominan memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada keturunannya. Induk “jenis murni” dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam. 3. Mendel’s “Experiment 1” Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti: bentuk benih (bundar atau keriput), warna benih (kuning atau hijau), warna selaput luar (berwarna atau putih), bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang), warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning), letak bunga (tersebar atau hanya di ujung), dan panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). Mendel menyilang tumbuhan tinggi dengan tumbuhan pendek dengan menaruh tepung sari dari yang tinggi pada bunga pohon yang pendek, demikian sebaliknya. (Sebelumnya, dia memeriksa kemurnian jenis pohon induk tersebut dengan memastikan bahwa nenek moyang tumbuhan itu selalu menunjukkan ciri-ciri yang sama.) Mendel mengharapkan bahwa semua keturunan generasi pertama hasil persilangan itu akan berupa pohon berukuran sedang atau separuh tinggi dan separuh pendek. Namun ternyata, semua keturunan generasi pertama berukuran tinggi. Rupanya sifat pendek telah hilang sama sekali. Lalu Mendel membiarkan keturunan generasi pertama itu berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua. Kali ini, tiga perempat berupa tumbuhan tinggi dan seperempat tumbuhan pendek. Ciri-ciri yang tadinya hilang muncul kembali. Dia menerapkan prosedur yang sama pada enam ciri lain. Dalam setiap kasus, satu dari ciri-ciri yang berlawanan hilang dalam keturunan generasi pertama dan muncul kembali dalam seperempat keturunan generasi kedua. (Hasil ini juga diperoleh dari penelitian terhadap ratusan tumbuhan.) 4. A cross of F1-hybrid plants Persilangan monohibrid Generasi 1 P1 fenotip : Tanaman berbunga ungu >< Tanaman berbunga putih genotip : UU uu gamet : U u F1: 100% Uu Tanaman anakan berbunga ungu 5. Another F1-hybris cross Generasi 1 P1 Fenotip : Tanaman berbiji bulat >< Tanaman berbiji keriput Genotip : BB bb Gamet : B b F1 100 % Bb Tanaman anakan berbiji bulat 6. Perdicting the dominant allele Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan homozigot dominan dapat menyebabkan kematian. Berbeda dengan alel letal resesif, pada alel letal dominan, individu yang dalam keadaan heterozigot dapat menyebabkan subletal, atau dapat hidup sehat hingga dewasa. Contoh kasus alel letal dominan terdapat pada ayam berjambul. Dari pengamatan R. A. Fisher yang kemudian dilanjutkan oleh D. C. Warren dan F. B. Hutt diketahui bahwa karakter jambul pada ayam disebabkan oleh susunan gen dominan. Ayam jambul memiliki gen dalam keadaan heterozigot (Crcr), sedangkan ayam dengan genotip homozigot dominan (CrCr) akan mati pada saat embrio dierami sekitar 10 hari (normal 21 hari). Jika ayam berjambul (Crcr) dikawinkan dengan sesamanya akan menghasilkan 25 % telur yang tidak dapat menetas menjadi ayam. Dari 75 % telur yang menetas menjadi ayam, 1/3 nya normal (tidak berjambul) dan 2/3 nya berjambul. Diagram : P : Crcr >< Crcr (ayam jambul) (ayam jambul) F 1: 1 CrCr : 2 Crcr : 1 crcr (mati) (ayam jambul) (ayam normal) 7. The test cross Testcross ialah perkawinan F1 dengan salah satu induk yang resesif. Testcross disebut juga perkawinan pengujian (uji silang) karena bertujuan mengetahui apakah suatu individu bergenotip homozigot (galur murni) atau heterozygote. 8. Perdicting the results of test cross Jika hasil testcross menunjukan perbandingan fenotipe keturunan yang memisah 1:1, dapat disimpulkan bahwa individu yang diuji heterozigot, berarti bukan galur murni. Sedangkan jika hasil testcross 100% berfenotip sama, berarti homozigot. Berikut adalah diagram persilangan testcross: P1: ♂HH >< ♀hh (hitam) (putih) F1: Hh (hitam) F2: Hh >< hh Gamet: H dan h h H Hh = hitam 50% h Hh = putih 50% 9. Incomplete dominance Disebut juga dominan parsial. Dominan tidak lengkap merupakan genotip heterozigot yang membuat fenotip intermediate. Dalam kasus ini, hanya satu alel dalam lokus tunggal yang diekspresikan. Dan ekspresinya bergantung pada dosis. Dua buah salinan dari produk gen penuh dengan ekspresi, sementara satu salinan dari ekspresi parental adalah fenotip intermediate. Persilangan dari fenotip yang membawa sifat heterozigot pada kedua induk akan menghasilkan perbandingan 1:2:1 pada keturunan’y. Sebagai contoh yang tertera pada gambar Figure 1, ketika kedua induk yang memiliki sifat tinggi heterozigot (Tt) disilangkan, maka pada keturunanya akan dihasilkan 1/4 anak yang bersifat dominan homozigot (tinggi, TT), 2/4 bersifat heterozigot (Tt) dan 1/4 bersifat resesif homozigot (short, tt.) across of two Tt plants Figure 1. Incomplete Dominance Contoh sederhana dari kasus ini adalah warna dari bunga sepatu (carnation) R R‘ R RR RR’ R‘ RR’ R’R’ R adalah alel untuk warna merah. R’ adalah alel untuk tidak berwarna. Sehingga keturunan RR membuat banyak warna merah dan memunculkan warna merah pada bunga. Keturunan R’R’ membuat warna putih/tidak berwarna, sehingga bunga menjadi berwarna pink (merah muda). Keturunan dari RR’ and R’R membuat pigmen dan kemudian memunculkan warna pink. 10. Disappearance of parental phenotypesmin the F1-generation Di dalam hukum Mendel, persilangan selalu menghasilkan sifat anak yang sama dengan sifat induknya. Akan tetap, hal ini tidak selamanya terjadi. Ada beberapa kasus dimana sifat anak tidak terlihat di kedua sifat induknya. Seperti yang terjadi pada bunga snapdragon. Ketika bunga snapdragon merah dikawinkan dengan bunga snapdragon putih yang keduanya bersifat homozigot, maka pada keturunan F1 akan menghasilkan bunga berwarna merah jambu dan pada keturunan F2, akan dihasilkan keturan yang berwarna merah, merah jambu dan putih dengan perbandingan 1:2:1 untuk merah:merah jambu:putih. Hal ini terjadi karena kedua sifat induknya adalah homozigot dimana kedua induk mempunyai sifat yang mempunyai kekuatan yang sama. Maka dari itu, keturunan yang di hasilkan pun memiliki perpaduan warna dari induknya, seperti ketika merah di campur dengan putih, maka akan menghasilkan warna merah jambu. Persilangan ini juga terlihat pada ilustrasi gambar berikut: persilangan bunga Figure 2. Incomplete Dominace (http://courses.bio.psu.edu/fall2005/biol110/tutorials/tutorial5.htm as retrieved on 30 Aug 2008 23:53:19 GMT) Pada Figure 1, terlihat penamaan simbol yang berbeda dari biasanya. Pada umumnya, simbol untuk persilangan adalah semua huruf besar untuk sifat homozigot, huruf besar dan kecil untuk sifat heterozigot dan semua huruf kecil untuk sifat resesif. Namun, berbeda halnya pada kasus persilangan antara bunga snapdragon merah dan snapdragon putih. Keduanya mempunyai sifat homozigot dominan dengan simbol semua huruf besar untuk kedua sifat. Bunga snapdragon merah dengan simbol CRCR dan bunga snapdragon putih dengan simbol CWCW. Maka, pada keturunan F1, akan dihasilkan bunga berwarna merah jambu dengan simbol CRCW. 11. Codominant alleles: The human ABO markers Kodominan adalah dua buah alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak dipengaruhi alel lain. Sistem penggolongan darah manusia ditentukan dengan alel kodominan. Ada tiga jenis alel dalam sitem penggolongan darah, yaitu IA, IB, dan i (I merupakan singkatan dari isoaglutinogen) atau biasa kita kenal dengan I0. Alel IA dan alel IB adalah alel kodominan, sedangkan alel I0 atau i adalah alel resesif. Alel IA bertanggung jawab untuk menghasilkan antigen A, alel IB bertanggung jawab untuk menghasilkan antigen B, dan i tidak menghasilkan antigen apapun. Manusia hanya memiliki golongan darah tipe A, tipe B, tipe AB dan tipe 0. Untuk golongan darah bertipe A dan B dapat terbentuk dari sifat homozigot (IAIA, IBIB) atau heterozigot (IAI0, IBI0), sedangkan golongan darah bertipe AB akan bersifat homozigot (IAIB) dan pada golongan darah bertipe 0 memiliki alel I0I0. Hal ini juga dapat terlihat pada Figure 2 dibawah ini. phenotip-genotype gol. darahFigure 2. Genotip dan Golongan darah (http://www.biology.arizona.edu/mendelian_genetics/problem_sets/monohybrid_cross/11t.html as retrieved on 31 Aug 2008 15:44:23 GMT) 12. 2:1 segreration in Manx cats Manx (kayt manninagh atau stubbin di/dalam manx) adalah satu keturunan [dari] kucing dengan satu secara alami mutasi ocurring tulang belakang. mutasi ini memendekkan ekor,menghasilkan di/dalam berbagai hal tentang panjangnya ekor dari normal ke/pada tailles. banyak manx mempunyai satu kecil ‘potongan/puntung’ ekor tetapi kucing manx adalah terbaik dikenal seperti seluruhnya tailles dan adalah karakteristik pembeda [dari] keturunan serta satu badan kucing typegenetic mutasi. kucing seperti semua organisme hidup,adakalanya mempunyai mutasi yang mempengaruhi jenis theirbody. kadang-kadang ,perubahan ini di/dalam jenis tubuh sedang menghantam manusia itu memilih untuk dan mengabadikan mereka. hal ini bukan selalu di bunga/minat terbaik [dari] kucing, seperti banyak dari mutasi ini, adalah berbahaya,beberapa adalah mematikan di/dalam mereka homozygot membentuk. Kucing Manx adalah heterozygous untuk untuk satu mutasi dominan dimana menghasilkan di/dalam tidak ada ekor atau ekor sangat pendek,kaki paling belakang yang besar, dan satu gaya berjalan berbeda. kawin dari dua Manx catsyields dua anak kucing Manx atau setiap normal, anak kucing lama-menjahit, dari pada three-two-one sebagaimana akan meramalkan dari Mendelian genetic. Kasus monohibrid lainnya dapat ditemukan pada contoh kasus kucing Manx. Kucing Manx memiliki sifat heterozigot dengan sifat mutasi dominan yang menghasilkan ketidak adanya ekor (berukuran sangat kecil), kaki belakang berukuran besar dan gaya berjalan yang sangat identik. Ketika dua kucing Manx heterozigot dengan sifat yang sama, akan dihasilkannya keturunan berbanding 1(dominan homozigot):2(heterozigot):1(resesif homozigot). Akan tetapi, bila diteliti lebih lanjut, keturunannya akan menghasilkan perbandingan fenotip 2:1. Hal ini terjadi karena keturunan yang menghasilkan sifat resesif homozigot akan memiliki alel letal. Pada kasus ini, keturan yang memiliki sifat heterozigot dan resesif homozigot dengan alel letal tidak akan bertahan pada fase pembentukan embryo dan keturunan ini pun tidak akan lahir karena alel letal menyebabkan kematian. Sedangkan yang bertahan hanyalah keturunan yang memiliki sifat dominan homozigot (TT). Keterangan ini dapat di lihat pada persilangan yang tertera pada Figure 3. persilangan kucing manxFigure 3. Perkawinan dua kucing Manx (http://www.biology.arizona.edu/mendelian_genetics/problem_sets/monohybrid_cross/12t.html) 13. Predicting human blood type Individu dengan genotip IA IA atau IA i memiliki fenotip golongan darah A. Individu dengan genotip IB IB atau IB i memiliki fenotip golongan darah B. Individu dengan genotip IA IB memiliki golongan darah AB. Dan individu dengan genotip ii memiliki golongan darah O. DIHYBRID: 1. Predicting combinations of alleles in gametes of plants heterozygous for two traits Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Dalam percobaannya tentang prinsip berpangan secara bebas (Hukum Mendel II), Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Dalam membuat perhitungan prediksi kombinasi alel pada tanaman dua jenis, Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat itu berpisah secara bebas terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet. Jadi, pada dihibrid BbKk misalnya, terjadi pengelompokan gen: Perbandingan Fenotipe Nilai Perbandingan Genotipe Fenotipe 9 1 2 2 4 BBKK BBKk BbKK BbKk Bulat, kuning Bulat, kuning Bulat, kuning Bulat, kuning 3 1 2 BBkk Bbkk Bulat, hijau Bulat, hijau 3 1 2 bbKK bbKk Kisut, kuning Kisut, kuning 1 1 bbkk Kisut, hijau Jadi rasio fenotipe yang diperoleh adalah 9 : 3 : 3 : 1 2. When does a phenotype ratio of 9 : 3 : 3 : 1 occur Pada saat F1 dikawinkan lagi dengan F1, sehingga menghasilkan rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1. 3. A genetic cross yielding a 9 : 3 : 3 : 1 ratio offspring P1: BBKK >< bbkk (bulat, kuning) (kisut, hijau) Gamet: BK bk F1: BbKk (bulat, kuning) P2: F1 >< F1 BbKk >< BbKk Gamet: BK, Bk, bK, dan bK BK Bk bK bK BK BBKK BBKk BbKK BbKk Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk bK BbKK BbKk bbKK bbKk bK BbKk Bbkk bbKk bbkk Fenotip pada F2: Bulat, kuning: nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13 Bulat, hijau: nomor 6, 8, 14 Kisut, kuning: nomor 11, 12, 15 Kisut, hijau: nomor 16 Rasio genotipe: BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1 Rasio fenotipe: Bulat kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau = 9 : 3 : 3 : 1 4. Predicting gametes of an SsYy plant Gamet yang dapat diperoleh dari tanaman SsYy ada empat gamet, yaitu: SY, Sy, sY, dan sy. 5. A SsYy x ssyy test cross P1: SsYy >< ssyy Gamet: SY sY sY sy sy F1: SY Sy sY Sy sy SsYy Ssyy ssYy ssyy 6. Offspring of a SsYy x ssyy test cross Alel induk 1 (biji bulat berwarna kuning) Ada empat kombinasi alel di dalam gamet induknya seperti yang dilihat pada gambar. alel Alel induk 2 (biji berkerut berwarna hijau) Hanya ada satu hasil kombinasi yang memungkinkan dari alel yang berada pada gamet induk. Penyilangan test cross ini dapat dilakukan untuk menentukan bentuk dan warna biji pada penyilangan antara biji bulat berwarna kuning dengan biji berkerut berwarna hijau. test cross parent Fenotip pada keturanan anaknya Setiap genotip hasil dari persilangan akan menghasilkan keturunan dengan fenotip yang berbeda. Pada kasus ini, maka akan drperoleh keturunan bersifat berbiji bulat berwarna kuning (SsYy), berbiji bulat berwarna hijau (Ssyy), berbiji keriput berwarna kuning (ssYy) dan berbiji keriput berwarna hijau (ssyy). test cross parent2 7. Homozygous offspring of a dihybrid cross Memprediksikan genotip keturanan Sebagian gamet akan mendpatkan alel dominan A dan alel dominan B; dan yang sebagiannya lagi akan mendapatkan alel resesif a dan alel resesif b. Pada akhir tahap penyilangan ini, dua induk akan menghasilkan 25% AB, Ab, aB dan ab. gb.1 Perkiran haril gamet untuk induk AaBb Karena induk mempunyai 4 alel yang berbeda di dalam gametnya, maka akan ada 16 kemungkinan kombinasinya. gb.2 Alel dari kedua induk Setelah dilakukan persilangan, maka akan dihasilkan genotip seperti pada gambar disamping. gb.3 8. Heterozygous offspring of a dihybrid cross Hasil keturunan untuk persilangan dihibrid pada keseluruhan adalah seperti pada gambar Figure 2 dan Figur 3 adalah hasil dari keturunan yang memiliki sifat heterozigot. Akan ada 4 dari 16 keturunan yang memiliki sifat heterozigot pada kedua alel. gb.4 gb.5 Figure 2. Persilangan Dihibrid Figure 3. Sifat Heterozigot 9. Homozygous offspring of a dihybrid cross, again Sama halnya dengan nomor 8, hanya saja yang dipertanyakan pada nomor 9 ini adalah keturunan yang bersifatkan homozigot pada salah satu alel mau pun kedua alelnya dan dapat berupa homozigot dominan ataupun homozigot resesif. Akan ada 4 kemungkinan keturunan yang memiliki sifat homozigot yang dapat berupa SSYY, SSyy, ssYY dan ssyy. Hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. gb.6 10. Exceptions to the 9:3:3:1 ratio of offspring Dalam kasus ini, akan disilangkannya tanaman dengan batang tinggi dan berbiji bulat (SSTT) dan tumbuhan dengan batang pendek dan biji berkerut (sstt) melalui penyilangan dihibrid dari pesilangan SSTT dan sstt, akan di hasilkan SsTt pada keturunan F1-nya. Pada keturunan F2-nya, akan dihasilkan keturunan dengan perbandingan 9:3:3:1, yaitu: 9/16 tinggi berbiji kerut 3/16 tinggi berbiji bulat 3/16 pendek berbiji kerut 1/16 pendek berbiji bulat gb.7 gb.8gb.9 11. In complete dominance in a dihybrid cross Dalam kasus penyilang dominan tidak sempurna pada penyilangan dihibrid, semua keturunnya akan memiliki genotip SsTt ketika tumbuhan pendek berbiji bulat (SStt) dan tumbuhan tinggi berbiji kerut (ssTT) di silangkan melalui persilangan dihibrid. 12. What is the genotype of the agouti parent? Mungkin ini adalah contoh klasik gejala genetik dikenal sebagai “epistasis”, di mana genotipe di satu tempat (homozygous terpendam “cc”) menyembunyikan phenotype itu diakibatkan oleh genotipe di tempat berbeda (BB, Bb, atau bb). Untuk kedua tempat genetik B dan C, ada sembilan genotipe berbeda mungkin, dan tiga berbeda phenotypes. Yang ini diringkaskan di diagram berikut: Black Agouti Mouse Brown Agouti mouse Albino Genotip yang mungkin: BB CC bb CC BB cc Bb CC bb Cc Bb cc BB Cc bb cc Bb Cc Parents Induk yang tak dikenal mempunyai kulit hitam phenotype. Bagi ini phenotype, harus ada sedikitnya satu alel dominan di B tempat dan satu alel dominan di C tempat. Oleh karena itu genotipe orang-tua yang tak dikenal harus mempunyai bentuk B?C?, di mana tunjuk tanda tanya bahwa possibilites di B tempat adalah baik BB (homozygous) atau Bb (heterozygous), dan di C tempat baik CC (homozygous) atau Cc (heterozygous). Black Agouti x Albino Genotip yang mungkin : BB CC Bb CC BB Cc Bb Cc Keturunan pengamatan bahwa agouti orang-tua tak dikenal genotipe bisa mempunyai seorang keturunan dengan albino phenotype (cc) berarti bahwa orang-tua harus dapat meneruskan yang terpendam C alel. Dengan begitu orang-tua ialah heterozygous (Cc) di C tempat. Pengamatan bahwa agouti orang-tua tak dikenal genotipe juga bisa mempunyai seorang keturunan dengan yang coklat agouti phenotype (bb) berarti bahwa orang-tua harus dapat meneruskan yang terpendam B alel. Dengan begitu orang-tua ialah juga heterozygous (Bb) di B tempat. Keranjang kecil segi empat untuk mencurigai salib Bb Cc X bb cc Dari pengamatan ini, kami akan meramalkan bahwa orang-tua Agouti mempunyai genotipe BbCc. Kami bisa menguji ramalan ini dengan menyelesaikan bujur sangkar Keranjang Kecil untuk BbCc x bbcc menguji menyeberang untuk memutuskan jika rasio keturunan yang diamati mengakuri ramalan. BbCc x bbcc BC = ¼ (Black Agouti) Bc = ½ (albino) bc = ½ (bbcc Albino) bC = ¼ (Brown Agouti) 13. AaBb dihybrid cross involving epistasis Bujur Sangkar Keranjang Kecil bagi AaBb x AaBb menyeberang diperlihatkan di bawah. Daripada 9:3:3:1 seqregation phenotypes biasanya dilihat dengan AaBb x AaBb dihybrid bersilang, phenotypic rasio ialah 9:3:4. Ada hanya tiga berbeda phenotypes untuk warna rambut, agouti, hitam dan bule. Individu dengan genotipe terpendam untuk baik ciri, i.e. aabb, mempunyai albino sama phenotype sebagai aaBB maupun aaBb individu karena epistasis. Albino phenotype menyembunyikan yang mana pun phenotype itu mungkin disebabkan di samping yang terpendam homozygous, terpendam bb genotipe. AaBb >< AaBb AB, Ab, aB, ab x AB, Ab, aB, ab AABB AABb AaBB AaBb AABb AAbb AaBb Aabb AaBB AaBb aaBB aaBb AaBb Aabb aaBb aabb 9 Agouti 3 hitam 4 albino

Konsep persilangan monohidrid

. Konsep persilangan monohidrid Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu dengan hanya fokus pada sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada tanaman sejenis. Persilangan ini sering dikenal dengan persilangan satu sifat beda. 2. Konsep Kenampakan karakter sebuah individu dipengaruhi oleh susunan basa nitogen di dalam kromosom. Di dalam kromosom terdapat segmen-segmen DNA yang berisi informasi yang akan diwariskan kepada keturunannya, segmen DNA dalam kromosom ini disebut dengan gen. Jadi gen adalah sesuatu yang mempengaruhi kenampakan sebuah karakter. 3. Konsep mengenai Kromosom selalu berpasangan, kromosom pasangannya disebut dengan kromosom homolog. oleh karena itu keberadaan gen yang mempengaruhi karakter yang sama dapat dijumpai pada di kromosom homolognya. Hanya saja pengaruhnya bisa sama ataupun berbeda. Sebagai contoh Anda tentunya mengetahui bahwa sifat warna pada karakter iris bermacam-macam. ada yang warna biru ada juga yang warna hitam. topik pembicaraannya hanya sebatas pada iris saja sedangkan sifatnya adalah merah dan hitam. Jadi di sini saya menggunakan sebuah karakter saja yaitu iris dengan sifatnya yaitu warna iris. Iris bisa bermacam-macam karena di bawah pengaruh dari alel yang memiliki pengaruh yang berbeda terhadap iris. 4a. Anda juga harus menguasai Hukum Mendel I. Hukum ini dikenal dengan hukum segregasi tentang hukum pemisahan alel. Hukum Mendel I mengatakan bahwa proses pembentukan gamet yang membawa karakter dan sifat berpisah secara bebas. Dalam bahasa inggris Hukum Mendel I dikenal dengan istilah the law of segregation. Penjelasan: Saya ambilkan sebuah contoh tak konkrit. Bagi yang mengikuti anime/manga jepang Naruto tentunya Anda akan mengenal istilah iris mata sharingan pada klan uchiha. Misalkan Gen pembawa kode genetis iris sharingan ini bersifat dominan dibandingkan dengan iris normal dan diberi kode ‘S’ (baca: es kapital) dan iris normal diberi kode `s`. Jadi susunan alel iris pada klan uchiha bisa SS, Ss, atau ss. Pada hukum Mendel I, jika seorang klan uchiha yang bergenotip Ss maka alel Ss tersebut akan memisah secara bebas pada proses meiosis I menjadi dua sel gamet yang masing-masing akan membawa gen sharingan (S) dan gen normal (s). Jadi hukum mendel I didasari pada karakter pembelahan pada meiosis I. 4b. Setelah menguasai hukum Mendel I, Anda juga harus menguasai hukum Mendel II yaitu hukum penyusunan alel dari gamet, terjadi secara bebas. Artinya pada proses perkawinan, setiap gametnya akan berpasangan kembali dengan alelnya yang berasal dari kedua induknya terjadi secara bebas untuk menyusun alel yang baru untuk keturunan berikutnya. Penjelasan hukum mendel II. Masih menggunakan contoh mata sharingan yang saya gunakan dalam menjelaskan hukum mendel I. Kali ini ceritanya adalah misal sasuke uchiha, yang memiliki iris Sharingan, menikah dengan sakura yang matanya normal. Bagaimanakah memprediksi keturunan mereka? Untuk memecahkan kemungkinan anak-anak mereka kita akan menggunakan hukum mendel II. Tapi sebelumnya kita harus tahu dulu bagaimana susunan alel sasuke dan sakura. Untuk genotip alel sakura dapat dipastikan ss karena dia bermata normal yang bersifat resesif (:baca dulu penjelasan Hukum Mendel I di atas) dan gametnya cuma ada 1 macam yaitu s. Permisalan pertama: Jika susunan alel Sharingan sasuke adalah heterozigot Ss maka setelah meiosis akan ada 2 macam gamet pada sel kelamin jantan pada testis sasuke yaitu sel gamet jantan yang membawa gen S (tipe iris Sharingan) dan sel gamet jantan yang membawa gen s (tipe iris normal). Dengan menggunakan hukum Mendel II yang mengatakan bahwa sel-sel kelamin akan membentuk gamet dengan pasangan gametnya terjadi secara bebas, kita bisa memprediksi persentase kemungkinan anak-anaknya memiliki iris jenis yang mana? kemungkinan iris anak-anaknya dalam setiap kelahiran adalah 1:1. Hal ini disebabkan karena bisa gen S sasuke yang akan bertemu dengan s sakura, atau gen s sasuke yang akan bertemu dengan s sakura. Jika yang gen S sasuke bertemu dengan s sakura mata alel anaknya adalah Ss maka tipe irisnya adalah Sharingan. Akan tetapi jika gen s sasuke yang bertemu dengan s sakura maka anak mereka adalah normal. Permisalan kedua: Jika susunan alel Sharingan sasuke adalah homozigot maka setelah meiosis hanya akan ada 1 macam gamet pada sel kelamin jantan pada testis sasuke yaitu sel gamet jantan yang membawa gen S (tipe iris Sharingan). Kembali kita menerapkan hukum Mendel II yang mengatakan bahwa sel-sel kelamin akan membentuk gamet dengan pasangan gametnya terjadi secara bebas, kita bisa memprediksi persentase kemungkinan anak-anaknya memiliki iris jenis yang mana? kemungkinan iris anak-anaknya dalam setiap kelahiran adalah 100% bertipe iris Sharingan. Hal ini disebabkan karena gen S sasuke pasti akan bertemu dengan s sakura. Jadi tipe susunan allel anak mereka pasti Ss. karena S bersifat dominan daripada s maka sifat S akan muncul dalam fenotip. Jadi anak mereka pada kasus kedua ini semuanya pasti mata dengan tipe iris Sharingan. Selain konsep-konsep di atas Anda harus menguasai dengan baik istilah berikut ini: 1. Alel –> pasangan gen pada kromosom homolog yang memberikan sifat yang berbeda atau sama pada suatu karakter. 2. Gamet –> sel kelamin 3. Genotip –> gen yang mempengaruhi karakter 4. Fenotip –> hasil ekspresi gen yang dapat ditangkap dengan panca indera manusia. atau dengan kata lain adalah kenampakan morfologi yang dapat diamati. 5. Parental –> induk yang akan dikawinkan atau disilangkan atau hibridisasi. 6. Filial –> hasil dari proses perkawinan/persilangan/hibridisasi. F1 = keturunan I F2 =Keturunan II Fn = keturunan ke-n 7. Sifat dominan –> sifat alel yang pengaruhnya sangat kuat pada sebuah karakter 8. Sifat resesif –> sifat alel yang pengaruhnya dikalahkan oleh sifat dominan 9. Homozigot –> alel dengan sifat yang sama 10 . Heterozigot –> alel dengan sifat yang berbeda Setelah Anda pahami dengan baik konsep dan istilah di atas mari kita pelajari mengenai persilangan monohidbrid. Untuk itu sebaiknya kita pelajari apa yang telah dilakukan oleh bapak Genetika kita yaitu Gregor Mendel. GM adalah seorang biarawan yang melakukan penelitian disebuah kebun. Penelitian yang dilakukannya adalah persilangan pada tanaman Pisum sativum (kacang kapri). Dari penelitiannya itu disilangan antara tanaman yang memiliki : biji (bulat dan keriput), warna kulit biji (kuning dan hijau) warna bunga (ungu dan putih) tinggi tanaman ( tinggi danpendek) ……. (karakter yang ditulis di sini hanya sebagian saja dari karakter yang diteliti oleh Mendel, masih ada karakter yang lain) gambar 1. 7 karakter yang diteliti Mendel Pada persilangan pertama dihasilkan semua karakter anakan(F1) 100%bulat, kuning, ungu dan tinggi. Bisa disimpulkan sifat-sifat tersebut mendominasi dibandingkan sifat lainnya. Akan tetapi pada keturunan kedua diperoleh hasil yang berbeda untuk setiap karakternya menghasilkan perbandingan dominan : resesif adalah 3:1 Hal ini berarti dalam keturunan pertama (F1) pada kromosomnya membawa 2 sifat yang berbeda pada masing-masing alel-nya. Artinya Individu induknya (parental) masing-masing hanya terdiri dari alel yang membawa sifat yang sama. Jantan membawa sifat dominan dan individu betina membawa sifat karakter resesif ataupun sebaliknya. Jadi ketika sesama F1 dikawinkan akan memunculkan karakter yang bersifat resesif. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. persilangan monohibrid gambar 2. persilangan monohibrid dengan menggunakan karakter tinggi tanaman Perhatikan di gambar 2 untuk bagian generasi parental. Pada gambar tersebut terlihat dua individu yang disilangkan, masing-masing bersifat homozigot. Satu tanaman homozigot resesif (tt)sedangkan tanaman yang lain homozigot dominan (TT). Sebagai akibatnya setiap individu akan mengalami meiosis dan akan menghasilkan 1 macam gamet. Homozigot dominan akan menghasilkan gamet tinggi dominan (T), sedangkan individu yang lain akan menghasilkan gamet pendek resesif (t). dan ketika terjadi persilangan gamet jantan dan gamet betina akan bertemu dan menghasilkan individu dengan gamet Tt. Artinya individu baru ini akan memiliki kenampakan tanaan tinggi. Contoh ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai genotip dan fenotip . sifat tinggi adalah fenotip,sedangkan Tt adalah genotip. Pada persilangan berikutnya saya akan menjelasan mengenai hukum Mendel I. perhatikan persilangan ke-2. Pada persilangan kedua dilakukan persilangan antara F1 dengan F1 yang lain. Artinya tanaman tinggi dengan genotip Tt disilangkan dengan tanaman tinggi yang bergenotipTt juga. Kembali kita ingat Hukum Mendel I yaitu bahwa alel akan berpisah secara bebas. Artinya Alel pada setiap individu yang akan disilangkan dengan komposisi Tt (membawa sifat tinggi dan rendah) akan memisah pada waktu proses meiosis menjadi T dan t. gambar penjelas hukum mendel I dan II gambar 3. Skema pemisahan alel/pembentukan kemungkinan gamet (hukum Mendel I-4 keterangan dengan 4 bola putih); penyusunan alel kembali (Hukum Mendel II-keterangan dengan 4 bola warna merah) Kemudian setelah terbentuk gamet (hukum Mendel I) kita akan melanjutkan ke hukum Mendel II yaitu hukum penyusunan alel terjadi secara bebas. T dan t dari individu jantan akan bertemu dengan T dan t dari individu betina. proses penyusunan alelnya terjadi secara bebas. Jadi pada akhir pembuahan bisa dihasilkan individu dengan karakter genotip TT, Tt dan tt. Hanya saja nilai kemungkinannya atau persentasenya saja yang berbeda. Untuk spesies yang menghasilkan keturunan yang banyak dalam sekali perkawinan maka digunakan persentase sedangkan jika spesiesnya manusia yang umumnya menghasilkan sati individu dalam setiap perkawinannya maka digunakan istilah kemungkinan. Pada contoh gambar diatas maka kemungkinan yang terjadi dari hasil perkawinan untuk genotip TT adalah 1 diantara 4, Tt adalah 2 diantara 4, tt 1 diantara 4. darihasil perkawinan dihasilkan persentase : genotip TT adalah 1/4 x 100% = 25% (tanaman tinggi homozigot) genotip Tt adalah 2/4 x 100% = 50% (tanaman tinggi heterozigot) genotip tt adalah 1/4 x 100% = 25% (tanaman rendah) Sedangkan fenotipnya adalah TT dan TT akan menghasilkan tanaman tinggi dan tt akan menghasikan tanaman pendek. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tanaman tinggi memiliki dua genotip yaitu dalam bentuk homozigot dominan dan dalam bentuk heterozigot sedangkan tanaman pendek hanya ada dalam 1 bentuk homozigot resesif. Jadi perbandiingan fenotipnya adalah 3 tanaman tinggi dan 1 tanaman pendek. atau dapat disajikan tanaman tinggi : tanaman pendek = 3:1 Demikianlah penjelasan mengenai konsep-konsep dalam memahami hukum mendel . Untuk memahami lebih lanjut, silahkan ikuti uraiannya di persilangan dihibrid pada postingan berikutnya.