Jumat, 28 Juni 2013

Persilangan Monohibrida dan Dihibrida

Persilangan Monohibrida dan Dihibrida MONOHYBRID: 1. The monohybrid cross Persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih. Bila tanaman kacang kapri berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang kapri berbunga putih, maka generasi anakan mereka adalah 100% tanaman berbunga ungu. Namun, bila tanaman berbunga ungu hasil persilangan itu dikawinkan sesamanya (perkawinan inbreeding), keturunannya menunjukkan 75 % tanaman berbunga ungu dan 25 % tanaman berbunga putih. 2. Mendel’s first law Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Dia menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama — Hukum Pemisahan. Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk “jenis murni” dengan ciri dominan memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada keturunannya. Induk “jenis murni” dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam. 3. Mendel’s “Experiment 1” Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti: bentuk benih (bundar atau keriput), warna benih (kuning atau hijau), warna selaput luar (berwarna atau putih), bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang), warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning), letak bunga (tersebar atau hanya di ujung), dan panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). Mendel menyilang tumbuhan tinggi dengan tumbuhan pendek dengan menaruh tepung sari dari yang tinggi pada bunga pohon yang pendek, demikian sebaliknya. (Sebelumnya, dia memeriksa kemurnian jenis pohon induk tersebut dengan memastikan bahwa nenek moyang tumbuhan itu selalu menunjukkan ciri-ciri yang sama.) Mendel mengharapkan bahwa semua keturunan generasi pertama hasil persilangan itu akan berupa pohon berukuran sedang atau separuh tinggi dan separuh pendek. Namun ternyata, semua keturunan generasi pertama berukuran tinggi. Rupanya sifat pendek telah hilang sama sekali. Lalu Mendel membiarkan keturunan generasi pertama itu berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua. Kali ini, tiga perempat berupa tumbuhan tinggi dan seperempat tumbuhan pendek. Ciri-ciri yang tadinya hilang muncul kembali. Dia menerapkan prosedur yang sama pada enam ciri lain. Dalam setiap kasus, satu dari ciri-ciri yang berlawanan hilang dalam keturunan generasi pertama dan muncul kembali dalam seperempat keturunan generasi kedua. (Hasil ini juga diperoleh dari penelitian terhadap ratusan tumbuhan.) 4. A cross of F1-hybrid plants Persilangan monohibrid Generasi 1 P1 fenotip : Tanaman berbunga ungu >< Tanaman berbunga putih genotip : UU uu gamet : U u F1: 100% Uu Tanaman anakan berbunga ungu 5. Another F1-hybris cross Generasi 1 P1 Fenotip : Tanaman berbiji bulat >< Tanaman berbiji keriput Genotip : BB bb Gamet : B b F1 100 % Bb Tanaman anakan berbiji bulat 6. Perdicting the dominant allele Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan homozigot dominan dapat menyebabkan kematian. Berbeda dengan alel letal resesif, pada alel letal dominan, individu yang dalam keadaan heterozigot dapat menyebabkan subletal, atau dapat hidup sehat hingga dewasa. Contoh kasus alel letal dominan terdapat pada ayam berjambul. Dari pengamatan R. A. Fisher yang kemudian dilanjutkan oleh D. C. Warren dan F. B. Hutt diketahui bahwa karakter jambul pada ayam disebabkan oleh susunan gen dominan. Ayam jambul memiliki gen dalam keadaan heterozigot (Crcr), sedangkan ayam dengan genotip homozigot dominan (CrCr) akan mati pada saat embrio dierami sekitar 10 hari (normal 21 hari). Jika ayam berjambul (Crcr) dikawinkan dengan sesamanya akan menghasilkan 25 % telur yang tidak dapat menetas menjadi ayam. Dari 75 % telur yang menetas menjadi ayam, 1/3 nya normal (tidak berjambul) dan 2/3 nya berjambul. Diagram : P : Crcr >< Crcr (ayam jambul) (ayam jambul) F 1: 1 CrCr : 2 Crcr : 1 crcr (mati) (ayam jambul) (ayam normal) 7. The test cross Testcross ialah perkawinan F1 dengan salah satu induk yang resesif. Testcross disebut juga perkawinan pengujian (uji silang) karena bertujuan mengetahui apakah suatu individu bergenotip homozigot (galur murni) atau heterozygote. 8. Perdicting the results of test cross Jika hasil testcross menunjukan perbandingan fenotipe keturunan yang memisah 1:1, dapat disimpulkan bahwa individu yang diuji heterozigot, berarti bukan galur murni. Sedangkan jika hasil testcross 100% berfenotip sama, berarti homozigot. Berikut adalah diagram persilangan testcross: P1: ♂HH >< ♀hh (hitam) (putih) F1: Hh (hitam) F2: Hh >< hh Gamet: H dan h h H Hh = hitam 50% h Hh = putih 50% 9. Incomplete dominance Disebut juga dominan parsial. Dominan tidak lengkap merupakan genotip heterozigot yang membuat fenotip intermediate. Dalam kasus ini, hanya satu alel dalam lokus tunggal yang diekspresikan. Dan ekspresinya bergantung pada dosis. Dua buah salinan dari produk gen penuh dengan ekspresi, sementara satu salinan dari ekspresi parental adalah fenotip intermediate. Persilangan dari fenotip yang membawa sifat heterozigot pada kedua induk akan menghasilkan perbandingan 1:2:1 pada keturunan’y. Sebagai contoh yang tertera pada gambar Figure 1, ketika kedua induk yang memiliki sifat tinggi heterozigot (Tt) disilangkan, maka pada keturunanya akan dihasilkan 1/4 anak yang bersifat dominan homozigot (tinggi, TT), 2/4 bersifat heterozigot (Tt) dan 1/4 bersifat resesif homozigot (short, tt.) across of two Tt plants Figure 1. Incomplete Dominance Contoh sederhana dari kasus ini adalah warna dari bunga sepatu (carnation) R R‘ R RR RR’ R‘ RR’ R’R’ R adalah alel untuk warna merah. R’ adalah alel untuk tidak berwarna. Sehingga keturunan RR membuat banyak warna merah dan memunculkan warna merah pada bunga. Keturunan R’R’ membuat warna putih/tidak berwarna, sehingga bunga menjadi berwarna pink (merah muda). Keturunan dari RR’ and R’R membuat pigmen dan kemudian memunculkan warna pink. 10. Disappearance of parental phenotypesmin the F1-generation Di dalam hukum Mendel, persilangan selalu menghasilkan sifat anak yang sama dengan sifat induknya. Akan tetap, hal ini tidak selamanya terjadi. Ada beberapa kasus dimana sifat anak tidak terlihat di kedua sifat induknya. Seperti yang terjadi pada bunga snapdragon. Ketika bunga snapdragon merah dikawinkan dengan bunga snapdragon putih yang keduanya bersifat homozigot, maka pada keturunan F1 akan menghasilkan bunga berwarna merah jambu dan pada keturunan F2, akan dihasilkan keturan yang berwarna merah, merah jambu dan putih dengan perbandingan 1:2:1 untuk merah:merah jambu:putih. Hal ini terjadi karena kedua sifat induknya adalah homozigot dimana kedua induk mempunyai sifat yang mempunyai kekuatan yang sama. Maka dari itu, keturunan yang di hasilkan pun memiliki perpaduan warna dari induknya, seperti ketika merah di campur dengan putih, maka akan menghasilkan warna merah jambu. Persilangan ini juga terlihat pada ilustrasi gambar berikut: persilangan bunga Figure 2. Incomplete Dominace (http://courses.bio.psu.edu/fall2005/biol110/tutorials/tutorial5.htm as retrieved on 30 Aug 2008 23:53:19 GMT) Pada Figure 1, terlihat penamaan simbol yang berbeda dari biasanya. Pada umumnya, simbol untuk persilangan adalah semua huruf besar untuk sifat homozigot, huruf besar dan kecil untuk sifat heterozigot dan semua huruf kecil untuk sifat resesif. Namun, berbeda halnya pada kasus persilangan antara bunga snapdragon merah dan snapdragon putih. Keduanya mempunyai sifat homozigot dominan dengan simbol semua huruf besar untuk kedua sifat. Bunga snapdragon merah dengan simbol CRCR dan bunga snapdragon putih dengan simbol CWCW. Maka, pada keturunan F1, akan dihasilkan bunga berwarna merah jambu dengan simbol CRCW. 11. Codominant alleles: The human ABO markers Kodominan adalah dua buah alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak dipengaruhi alel lain. Sistem penggolongan darah manusia ditentukan dengan alel kodominan. Ada tiga jenis alel dalam sitem penggolongan darah, yaitu IA, IB, dan i (I merupakan singkatan dari isoaglutinogen) atau biasa kita kenal dengan I0. Alel IA dan alel IB adalah alel kodominan, sedangkan alel I0 atau i adalah alel resesif. Alel IA bertanggung jawab untuk menghasilkan antigen A, alel IB bertanggung jawab untuk menghasilkan antigen B, dan i tidak menghasilkan antigen apapun. Manusia hanya memiliki golongan darah tipe A, tipe B, tipe AB dan tipe 0. Untuk golongan darah bertipe A dan B dapat terbentuk dari sifat homozigot (IAIA, IBIB) atau heterozigot (IAI0, IBI0), sedangkan golongan darah bertipe AB akan bersifat homozigot (IAIB) dan pada golongan darah bertipe 0 memiliki alel I0I0. Hal ini juga dapat terlihat pada Figure 2 dibawah ini. phenotip-genotype gol. darahFigure 2. Genotip dan Golongan darah (http://www.biology.arizona.edu/mendelian_genetics/problem_sets/monohybrid_cross/11t.html as retrieved on 31 Aug 2008 15:44:23 GMT) 12. 2:1 segreration in Manx cats Manx (kayt manninagh atau stubbin di/dalam manx) adalah satu keturunan [dari] kucing dengan satu secara alami mutasi ocurring tulang belakang. mutasi ini memendekkan ekor,menghasilkan di/dalam berbagai hal tentang panjangnya ekor dari normal ke/pada tailles. banyak manx mempunyai satu kecil ‘potongan/puntung’ ekor tetapi kucing manx adalah terbaik dikenal seperti seluruhnya tailles dan adalah karakteristik pembeda [dari] keturunan serta satu badan kucing typegenetic mutasi. kucing seperti semua organisme hidup,adakalanya mempunyai mutasi yang mempengaruhi jenis theirbody. kadang-kadang ,perubahan ini di/dalam jenis tubuh sedang menghantam manusia itu memilih untuk dan mengabadikan mereka. hal ini bukan selalu di bunga/minat terbaik [dari] kucing, seperti banyak dari mutasi ini, adalah berbahaya,beberapa adalah mematikan di/dalam mereka homozygot membentuk. Kucing Manx adalah heterozygous untuk untuk satu mutasi dominan dimana menghasilkan di/dalam tidak ada ekor atau ekor sangat pendek,kaki paling belakang yang besar, dan satu gaya berjalan berbeda. kawin dari dua Manx catsyields dua anak kucing Manx atau setiap normal, anak kucing lama-menjahit, dari pada three-two-one sebagaimana akan meramalkan dari Mendelian genetic. Kasus monohibrid lainnya dapat ditemukan pada contoh kasus kucing Manx. Kucing Manx memiliki sifat heterozigot dengan sifat mutasi dominan yang menghasilkan ketidak adanya ekor (berukuran sangat kecil), kaki belakang berukuran besar dan gaya berjalan yang sangat identik. Ketika dua kucing Manx heterozigot dengan sifat yang sama, akan dihasilkannya keturunan berbanding 1(dominan homozigot):2(heterozigot):1(resesif homozigot). Akan tetapi, bila diteliti lebih lanjut, keturunannya akan menghasilkan perbandingan fenotip 2:1. Hal ini terjadi karena keturunan yang menghasilkan sifat resesif homozigot akan memiliki alel letal. Pada kasus ini, keturan yang memiliki sifat heterozigot dan resesif homozigot dengan alel letal tidak akan bertahan pada fase pembentukan embryo dan keturunan ini pun tidak akan lahir karena alel letal menyebabkan kematian. Sedangkan yang bertahan hanyalah keturunan yang memiliki sifat dominan homozigot (TT). Keterangan ini dapat di lihat pada persilangan yang tertera pada Figure 3. persilangan kucing manxFigure 3. Perkawinan dua kucing Manx (http://www.biology.arizona.edu/mendelian_genetics/problem_sets/monohybrid_cross/12t.html) 13. Predicting human blood type Individu dengan genotip IA IA atau IA i memiliki fenotip golongan darah A. Individu dengan genotip IB IB atau IB i memiliki fenotip golongan darah B. Individu dengan genotip IA IB memiliki golongan darah AB. Dan individu dengan genotip ii memiliki golongan darah O. DIHYBRID: 1. Predicting combinations of alleles in gametes of plants heterozygous for two traits Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Dalam percobaannya tentang prinsip berpangan secara bebas (Hukum Mendel II), Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Dalam membuat perhitungan prediksi kombinasi alel pada tanaman dua jenis, Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat itu berpisah secara bebas terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet. Jadi, pada dihibrid BbKk misalnya, terjadi pengelompokan gen: Perbandingan Fenotipe Nilai Perbandingan Genotipe Fenotipe 9 1 2 2 4 BBKK BBKk BbKK BbKk Bulat, kuning Bulat, kuning Bulat, kuning Bulat, kuning 3 1 2 BBkk Bbkk Bulat, hijau Bulat, hijau 3 1 2 bbKK bbKk Kisut, kuning Kisut, kuning 1 1 bbkk Kisut, hijau Jadi rasio fenotipe yang diperoleh adalah 9 : 3 : 3 : 1 2. When does a phenotype ratio of 9 : 3 : 3 : 1 occur Pada saat F1 dikawinkan lagi dengan F1, sehingga menghasilkan rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1. 3. A genetic cross yielding a 9 : 3 : 3 : 1 ratio offspring P1: BBKK >< bbkk (bulat, kuning) (kisut, hijau) Gamet: BK bk F1: BbKk (bulat, kuning) P2: F1 >< F1 BbKk >< BbKk Gamet: BK, Bk, bK, dan bK BK Bk bK bK BK BBKK BBKk BbKK BbKk Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk bK BbKK BbKk bbKK bbKk bK BbKk Bbkk bbKk bbkk Fenotip pada F2: Bulat, kuning: nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13 Bulat, hijau: nomor 6, 8, 14 Kisut, kuning: nomor 11, 12, 15 Kisut, hijau: nomor 16 Rasio genotipe: BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1 Rasio fenotipe: Bulat kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau = 9 : 3 : 3 : 1 4. Predicting gametes of an SsYy plant Gamet yang dapat diperoleh dari tanaman SsYy ada empat gamet, yaitu: SY, Sy, sY, dan sy. 5. A SsYy x ssyy test cross P1: SsYy >< ssyy Gamet: SY sY sY sy sy F1: SY Sy sY Sy sy SsYy Ssyy ssYy ssyy 6. Offspring of a SsYy x ssyy test cross Alel induk 1 (biji bulat berwarna kuning) Ada empat kombinasi alel di dalam gamet induknya seperti yang dilihat pada gambar. alel Alel induk 2 (biji berkerut berwarna hijau) Hanya ada satu hasil kombinasi yang memungkinkan dari alel yang berada pada gamet induk. Penyilangan test cross ini dapat dilakukan untuk menentukan bentuk dan warna biji pada penyilangan antara biji bulat berwarna kuning dengan biji berkerut berwarna hijau. test cross parent Fenotip pada keturanan anaknya Setiap genotip hasil dari persilangan akan menghasilkan keturunan dengan fenotip yang berbeda. Pada kasus ini, maka akan drperoleh keturunan bersifat berbiji bulat berwarna kuning (SsYy), berbiji bulat berwarna hijau (Ssyy), berbiji keriput berwarna kuning (ssYy) dan berbiji keriput berwarna hijau (ssyy). test cross parent2 7. Homozygous offspring of a dihybrid cross Memprediksikan genotip keturanan Sebagian gamet akan mendpatkan alel dominan A dan alel dominan B; dan yang sebagiannya lagi akan mendapatkan alel resesif a dan alel resesif b. Pada akhir tahap penyilangan ini, dua induk akan menghasilkan 25% AB, Ab, aB dan ab. gb.1 Perkiran haril gamet untuk induk AaBb Karena induk mempunyai 4 alel yang berbeda di dalam gametnya, maka akan ada 16 kemungkinan kombinasinya. gb.2 Alel dari kedua induk Setelah dilakukan persilangan, maka akan dihasilkan genotip seperti pada gambar disamping. gb.3 8. Heterozygous offspring of a dihybrid cross Hasil keturunan untuk persilangan dihibrid pada keseluruhan adalah seperti pada gambar Figure 2 dan Figur 3 adalah hasil dari keturunan yang memiliki sifat heterozigot. Akan ada 4 dari 16 keturunan yang memiliki sifat heterozigot pada kedua alel. gb.4 gb.5 Figure 2. Persilangan Dihibrid Figure 3. Sifat Heterozigot 9. Homozygous offspring of a dihybrid cross, again Sama halnya dengan nomor 8, hanya saja yang dipertanyakan pada nomor 9 ini adalah keturunan yang bersifatkan homozigot pada salah satu alel mau pun kedua alelnya dan dapat berupa homozigot dominan ataupun homozigot resesif. Akan ada 4 kemungkinan keturunan yang memiliki sifat homozigot yang dapat berupa SSYY, SSyy, ssYY dan ssyy. Hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. gb.6 10. Exceptions to the 9:3:3:1 ratio of offspring Dalam kasus ini, akan disilangkannya tanaman dengan batang tinggi dan berbiji bulat (SSTT) dan tumbuhan dengan batang pendek dan biji berkerut (sstt) melalui penyilangan dihibrid dari pesilangan SSTT dan sstt, akan di hasilkan SsTt pada keturunan F1-nya. Pada keturunan F2-nya, akan dihasilkan keturunan dengan perbandingan 9:3:3:1, yaitu: 9/16 tinggi berbiji kerut 3/16 tinggi berbiji bulat 3/16 pendek berbiji kerut 1/16 pendek berbiji bulat gb.7 gb.8gb.9 11. In complete dominance in a dihybrid cross Dalam kasus penyilang dominan tidak sempurna pada penyilangan dihibrid, semua keturunnya akan memiliki genotip SsTt ketika tumbuhan pendek berbiji bulat (SStt) dan tumbuhan tinggi berbiji kerut (ssTT) di silangkan melalui persilangan dihibrid. 12. What is the genotype of the agouti parent? Mungkin ini adalah contoh klasik gejala genetik dikenal sebagai “epistasis”, di mana genotipe di satu tempat (homozygous terpendam “cc”) menyembunyikan phenotype itu diakibatkan oleh genotipe di tempat berbeda (BB, Bb, atau bb). Untuk kedua tempat genetik B dan C, ada sembilan genotipe berbeda mungkin, dan tiga berbeda phenotypes. Yang ini diringkaskan di diagram berikut: Black Agouti Mouse Brown Agouti mouse Albino Genotip yang mungkin: BB CC bb CC BB cc Bb CC bb Cc Bb cc BB Cc bb cc Bb Cc Parents Induk yang tak dikenal mempunyai kulit hitam phenotype. Bagi ini phenotype, harus ada sedikitnya satu alel dominan di B tempat dan satu alel dominan di C tempat. Oleh karena itu genotipe orang-tua yang tak dikenal harus mempunyai bentuk B?C?, di mana tunjuk tanda tanya bahwa possibilites di B tempat adalah baik BB (homozygous) atau Bb (heterozygous), dan di C tempat baik CC (homozygous) atau Cc (heterozygous). Black Agouti x Albino Genotip yang mungkin : BB CC Bb CC BB Cc Bb Cc Keturunan pengamatan bahwa agouti orang-tua tak dikenal genotipe bisa mempunyai seorang keturunan dengan albino phenotype (cc) berarti bahwa orang-tua harus dapat meneruskan yang terpendam C alel. Dengan begitu orang-tua ialah heterozygous (Cc) di C tempat. Pengamatan bahwa agouti orang-tua tak dikenal genotipe juga bisa mempunyai seorang keturunan dengan yang coklat agouti phenotype (bb) berarti bahwa orang-tua harus dapat meneruskan yang terpendam B alel. Dengan begitu orang-tua ialah juga heterozygous (Bb) di B tempat. Keranjang kecil segi empat untuk mencurigai salib Bb Cc X bb cc Dari pengamatan ini, kami akan meramalkan bahwa orang-tua Agouti mempunyai genotipe BbCc. Kami bisa menguji ramalan ini dengan menyelesaikan bujur sangkar Keranjang Kecil untuk BbCc x bbcc menguji menyeberang untuk memutuskan jika rasio keturunan yang diamati mengakuri ramalan. BbCc x bbcc BC = ¼ (Black Agouti) Bc = ½ (albino) bc = ½ (bbcc Albino) bC = ¼ (Brown Agouti) 13. AaBb dihybrid cross involving epistasis Bujur Sangkar Keranjang Kecil bagi AaBb x AaBb menyeberang diperlihatkan di bawah. Daripada 9:3:3:1 seqregation phenotypes biasanya dilihat dengan AaBb x AaBb dihybrid bersilang, phenotypic rasio ialah 9:3:4. Ada hanya tiga berbeda phenotypes untuk warna rambut, agouti, hitam dan bule. Individu dengan genotipe terpendam untuk baik ciri, i.e. aabb, mempunyai albino sama phenotype sebagai aaBB maupun aaBb individu karena epistasis. Albino phenotype menyembunyikan yang mana pun phenotype itu mungkin disebabkan di samping yang terpendam homozygous, terpendam bb genotipe. AaBb >< AaBb AB, Ab, aB, ab x AB, Ab, aB, ab AABB AABb AaBB AaBb AABb AAbb AaBb Aabb AaBB AaBb aaBB aaBb AaBb Aabb aaBb aabb 9 Agouti 3 hitam 4 albino

Tidak ada komentar:

Posting Komentar